Kristina Somolyar
Lorem ipsum, dolor sit amet consectetur

About Me
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Eum in eos saepe ipsa cupiditate accusantium voluptatibus quidem nam, reprehenderit, et necessitatibus adipisci labore sit veritatis vero tempore sequi at sed facere dolore. Quae obcaecati eius quasi doloribus illum minus fugit.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Eum in eos saepe ipsa cupiditate accusantium voluptatibus quidem nam, reprehenderit,
My Portfolio
Mathur Tuntut Bupati Bangkalan Mundur
Mathur Dikunjungi Hasym Muzadi Saat Jadi Korban Penembakan

Potret Sekolah Mathur, SDN Teluk Nangka


Serap Aspirasi Desa Batukerbuy, Kec. Pasean, Pamekasan
Through a wide variety of mobile applications
- Client Nusrat Nill
- Date 25 June 2021


Mathur Bersama Penggerak UMKM Sumenep
Through a wide variety of mobile applications, we’ve developed a unique visual system and strategy that can be applied across the spectrum of available applications.

Our Trusted Client
Testimonial

Nevine Acotanza
Chief Operating OfficerAndroid App Development
via Upwork - Mar 4, 2015 - Aug 30, 2021 testMaecenas finibus nec sem ut imperdiet. Ut tincidunt est ac dolor aliquam sodales. Phasellus sed mauris hendrerit, laoreet sem in, lobortis mauris hendrerit ante. Ut tincidunt est ac dolor aliquam sodales phasellus smauris test

Jone Duone Joe
Operating OfficerWeb App Development
Upwork - Mar 4, 2016 - Aug 30, 2021Maecenas finibus nec sem ut imperdiet. Ut tincidunt est ac dolor aliquam sodales. Phasellus sed mauris hendrerit, laoreet sem in, lobortis mauris hendrerit ante. Ut tincidunt est ac dolor aliquam sodales phasellus smauris

Nevine Dhawan
CEO Of OfficerAndroid App Design
Upwork - Mar 4, 2016 - Aug 30, 2021Maecenas finibus nec sem ut imperdiet. Ut tincidunt est ac dolor aliquam sodales. Phasellus sed mauris hendrerit, laoreet sem in, lobortis mauris hendrerit ante. Ut tincidunt est ac dolor aliquam sodales phasellus smauris
My Blog

Mathur Husyairi Didikan Mandiri Keluarga Petani
Mathur Husyairi dibesarkan di lingkungan keluarga petani. Tumbuh dari keluarga pedesaan, sejak kanak dia sudah dibiasakan melakukan pekerjaannya sendiri, tujuannya agar dapat menjadi pribadi yang memegang prinsip hidup mandiri.
Keluarga Mathur menyadari di samping didikan dari keluarga, juga perlunya menyekolahkan anak. Mereka meyakini dengan membekali anaknya pendidikan yang mumpuni, kelak anaknya dapat menyiapkan kehidupan lebih maju. Oleh karena itu keluarganya bertekad akan menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.
Menjelang akhir tahun 1990-an, Mathur Husayiri atau yang akrab disapa Mathur lulus Sekolah Dasar. Dia melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanaiyah (MTs) Yayasan Tarbiyah Islamiyah (Yasti), yang terletak di desa tetangga. Jarak antara sekolah MTs dengan rumahnya lebih jauh lagi daripada sekolah MI tempat belajarnya dulu. Jarak antara sekolah dan rumahnya, sekitar 2,5 kilometer.
Selengkapnya
Dari Barat ke Timur Mathur Unduh Ilmu dari Pesantren di Pulau Garam
Jika si Kera Sakti, Sun Go Kong, bersama rombongan teman-temannya, melakukan perjalanan ke barat mencari kitab suci. Berbeda dengan Mathur, meneruskan pengembaraannya menuntut ilmu dengan memulai dari wilayah barat Madura menuju timur Pulau Garam, dari Bangkalan ke Pamekasan.
Setelah menerima restu dari Kiai Bahar, guru yang membimbingnya selama di pesantren al-Nawawiyah di Pakong, Bangkalan. Akhirnya di penghujung tahun 1992, Mathur berpamitan untuk berangkat melanjutkan perjalanan musafirnya menimba ilmu menuju daerah Pamekasan.
Selengkapnya
Seberangi Lautan Menimba Ilmu ke Tanah Moyang
Mathur bukan bocah lagi, kini dia beranjak remaja. Di mata keluarganya, sewajarnya belajar lebih mandiri lagi. Keluarganya mengirim Mathur menimba ilmu ke Madura. Kakek, nenek, ayah, dan ibu sambungnya melepas kepergiannya menuntut ilmu ke tanah moyangnya.
Dia tidak berangkat sendirian. Tapi ditemani kerabatnya, Abdul Qowi yang mengantarkannya ke Desa Dabung, Kecamatan Geger, Bangkalan. Beberapa hari sempat menginap di Desa Geger. Selama di sini, dia sempatkan untuk bersilaturrahmi dengan sanak keluarga yang belum pernah bertemu selama ini.
Dengan diantar saudara kakeknya, Mathur melanjutkan berangkat menuju Pesantren al-Nawawiyah asuhan Kiai Bahar (almarhum), yang terletak di desa Pakong, Kecamatan Modung, Bangkalan. Sepeninggal wafat Kiai Bahar, pesantren itu berganti nama Darus al-Shalah al-Nawawiyah.
Kabar yang pernah didengar Mathur sebelum berangkat ke Madura, dia mengetahui bahwa pesantren di Bangkalan ada sekolah SMA atau Aliyah. Oleh karena itu dia membawa barang-barang kelengkapan yang diperkirakan dibutuhkan untuk sekolah tersebut, seperti seragam sekolah SMA, sepatu, dan alat tulis. Perbekalan itu sudah disiapkan sejak di Sambas.
Tapi ternyata orangtuanya mengirim Mathur ke pesantren yang belum menganut sistem pendidikan formal, seperti SMA atau Aliyah. Pesantren ini menerapkan cara belajar salaf. Setelah tahu tempat belajarnya yang sekarang ini tidak seperti harapannya, dia merasa impian yang dibawanya dari Sambas menjadi sia-sia.
Seketika dia seperti merasa impiannya untuk melanjutkan ke sekolah yang diinginkan kandas. Hal yang membuat Mathur enggan masuk pesantren, karena belum siap dengan segala aturan, yang akan membuat dirinya tidak bisa bebas bepergian, dan semuanya harus melalui izin pengasuh pesantren atau pengawas, adalah tradisi lingkungan yang sangat kontras dengan kehidupan sehari-harinya.
Waktu sekolah di kampung, aturan hanya ada di jam masuk sekolah. Selesai jam sekolah bubar, tentu bebas bepergian bermain bersama teman-temannya. Tentu perbedaan itu menjadikan dia enggan masuk pesantren. Hal lain yang utama, karena sistem pembelajarannya model salaf. Situasi yang berbeda sama sekali dengan kurikulum pendidikan yang pernah ditempuhnya.
Namun, walau bagaimanapun tidak ada pilihan baginya kecuali tetap harus melanjutkan belajar di Pesantren Darus al-Shalah al-Nawawiyah. Lagi-lagi Mathur mengalami kejadian serupa pernah terjadi sewaktu di sd beberapa tahun lalu. Di pesanten ini pula, dia harus mengulang tingkat kelas MI. Padahal di Kalimantan Barat, Mathur sudah tamat dari MTs.
Biaya hidup selama nyantri al-Nawawiyah adalah kiriman dari kakeknya di Sambas. Pada waktu itu tahun 1990-an, kirimannya berkisar tiga puluh hingga lima puluh ribu rupiah perbulan.
Pengiriman uang tidak melalui transfer bank.
Waktu itu pengiriman uang dilakukan melalui wesel. Pengambilan atau penarikannya dilakukan secara manual bukan dengan ATM. Melainkan dilakukan di kantor pos. Berbeda sekarang, pengiriman uang biaya pesantren sudah melalui bank atau antar ATM, yang tersedia di sejumlah tempat tertentu.
Mathur yang memiliki latar-belakang pendidikan berbeda dengan para santri lain, dia membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat beradaptasi dengan model belajar di pesantren. Meski demikian, keadaan itu tidak membuat dirinya putus asa.
Sejak tinggal di pesantren dia mulai membiasakan diri memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca buku-buku. Sudah banyak buku karya tokoh-tokoh terkemuka dilahap habis. Kebiasaannya membaca buku membuatnya semakin keranjingan akan ilmu.
Beberapa waktu setelah resmi menyandang status santri, dia terpilih untuk dilibatkan dalam kepengurusan pesantren. Dia menjabat sebagai sekretaris pesantren, selama dua periode. Mathur mulai belajar administrasi dimulai dari lingkungan pesantren.
Tiga tahun telah berlalu berjibaku dengan aturan pesantren. Belajar berbagai mata pelajaran yang ada di sana, bergelut dengan pelajaran yang tidak pernah dikenal di sekolah sebelumnya, SD, MI, atau MTs di Sambas. Tepat pada tahun 1993 akhirnya Mathur berhasil menamatkan pendidikan MTs di Darus al-Shalah al-Nawawiyah.
Tamat sekolah di Darus al-Shalah al-Nawawiyah. Mathur berpamitan Kepada Kiai Bahar, pengasuh pesantren al-Nawawiyah. Dia mengutarakan niatnya meninggalkan pesantren untuk melanjutkan sekolah Aliyah di Pamekasan. Kiai Bahar merestu keinginan Mathur.
(Hasan Muhammad)
Selengkapnya: https://mathur.id/dari-barat-ke-timur-mathur-unduh-ilmu-dari-pesantren-di-pulau-garam/
Contact With Me

Nevine Acotanza
Chief Operating OfficerI am available for freelance work. Connect with me via and call in to my account.
Phone: +01234567890 Email: admin@example.com